UN Vs Multiple Intelligence
(Resume) Pengukuran tingkat keberhasilan siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang masih bias saat ini membuat siswa, sekolah dan orang tua bekerja ekstra untuk membuat siswa untuk lulus (berhasil) pada suatu jenjang pendidikan. Apalagi bila kita lihat UN yang megukur hanya sebagian kecerdasan siswa tetapi sangat menentukan sangatlah merugikan siswa dan dunia pendidikan pada umumnya. Banyak Orang-orang sukses dimasa depanya bukan kerena prestasi saat dibangku sekolah tetapi katena orang-orang tersebut mempunyai kecerdasan yang menonjol lebih dari satu tingkat kecerdasan,seperti yang diungkapkan oleh teori multiple Intelligence.
Ujian Nasioanal (UN) bagi siswa sekolah dasar dan menengah merupakan kegiatan yang menjadi fokus perhatian pada saat ini, apa lagi menjelang pelaksanaannya pada bulan April 2009 nanti. Sekolah, Guru, Orang tua siswa dan siswa sendiri seolah-oleh disibukkan oleh hal tersebut. Hal tersebut wajar karena disamping mulai tahun lalu mata pelajaran yang diujikan secara nasional bertambah tapi juga batasan nilai rata-rata dikatakan lulus ujian nasional pun juga naik.
Bila kita mau sedikit melihat kembali kebelakang bahwa biaya untuk pendidikan yang saat ini sangatlah besar. Maka banyak orang tua menekankan bahwa jika siswa tersebut telah belajar selama 6 tahun ( SD) dan 3 tahun ( SMP dan SMA) pada saat ujian akhir diharapkan bisa lulus. Ini juga karena pertimbangan biaya yang sangat besar yang telah dikeluarkan. Apalagi ditambah faktor perkembangan ekonomi dan lapangan kerja yang sangat sulit.
Dengan berbagai alasan tersebut dan mungkin bagi orang tua atau masyarakat masih banyak alasan-alasan lain sehingga memandang bahwa ujian akhir khususnya ujian nasional ini hampir dikatakan begitu sangat penting bagi pendidikan anak. Di tambah lagi pandangan masyarakat bahwa anak yang prestasi pada pelajaran di sekolah maka kelak akan menjadi orang sukses. Pada hal tersebut tidak sertus persen benar. Banyak orang sukses di masa depanya tetapi tidak berawal dari prestasi akademik yang baik disekolah. Seperti Bill Gate ( Pemimpin Microsoft ), Thomas Alva Edison (penemu Bola Lampu) dan masih banyak lainya.
Memang untuk mengubah pada yang tersebut tidaklah mudah perlu waktu dan proses. Orang –orang sukses yang saya sebut di atas sebenarnya bukannya tidak pintar atau cerdas tetapi mereka mempunyai kecerdasan lain. Kecerdasan yang umum dikenal masyarakat adalah Intelligent Quotient (IQ). Berdasarkan penemuan terbaru ternyata manusia mempunyai berbagai macam kecerdasan dan IQ hanyalah salah satunya. Menurut Dr. Howard Gardner, kecerdasan manusia ada 8 jenis yang dikenal dengan teori Multiple Intelligence. Antara lain kecerdasan Bahasa, kecerdasan Gambar,. Kecerdasan Musik, kecerdasan Tubuh, kecerdasan Matematika dan Logika, Kecerdasan Sosial , kecerdasan Diri dan Kecerdasan Alam. Bahkan sekarang sedang hangat-hangatnya dibicarakan dan diperdebatkan tentang kecerdasan berikutnya yaitu kecerdasan spiritual.
Bila kita amati betul maka banyak orang yang sukses dimasa depannya tidak hanya didasarkan pada IQ saja. Tetapi mereka paling tidak memiliki paling tidak 4 atau lebih kecerdasan yang menonjol. Sehubungan dengan Ujian Nasional bila kita lihat dari materi dan bentuk soalnya sebenarnya hanya menguji tentang IQ saja. Jadi hanya satu dari sekian banyak kemampuan siswa. Tetapi kenyataanya sekarang malah berkembang di masyarakat bahwa UN seolah-oleh menjadi hal yang utama dan penting untuk mengukur atau menilai anak untuk berhasil atau tidak dalam jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sehingga bagi anak yang tidak lulus masyarakat memberi label anak tersebut tidak pandai dan anak yang gagal. Ini sangat bertolak belakang dengan teori Multiple Intelligence.
Sebaiknya kita , baik sekolah, guru dan masyarakat bahkan pemerintah untuk merubah pemahaman ini, bahwa UN bukan segala-galanya bagi siswa. Bagi anak yang sudah terlanjur tidak lulus UN, sebaiknya tetap diberi kesempatan yang sama dengan yang lain untuk bisa melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk saat ini memang sudah ada, dengan adanya program kejar paket. Tetapi sekali lagi image masyarakat tentang lulusan dari kejar paket sangatlah berbeda dengan siswa yang lulus dengan tanpa kerja paket. Oleh sebab itu sebaiknya pemerintah segera memberikan solusi dengan mengajak segala komponen pendidikan untuk mencari jalan keluar yang baik untuk masalah ini. Jika ini berhasil maka anak akan sadar tentang dirinya dan pada saat ujian nasional dia tidak menanggapi dengan berlebihan. Perhatikan saja sekarang hampir semua siswa yang melakukan persiapan UN belajarnya terkesan dipaksakan dan sangat lah tidak wajar. Apakah ini yang dinamakan pendidikan ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar